Biografi Oemar Said Tjokroaminoto

Biografi Oemar Said Tjokroaminoto

Oemar Said Tjokroaminoto
Oemar Said Tjokroaminoto
Oemar Said Tjokroaminoto - "Raja Jawa Tanpa Mahkota", begitulah HOS Tjokroaminoto dijuluki oleh pemerintah hindia belanda. Beliau lahir pada 16 agustus 1882 dari kalangan keluarga bangsawan Surakarta. Ayahnya (Tjokroamiseno) adalah wedana kota Madiun. Pengaruh Tjokroaminoto begitu besar sehingga membuat pemerintah hindia belanda khawatir. Untuk melawan dominasi pengusaha keturunan china serta berkebangsaan belanda, beliau mendirikan Sarekat Islam (SI) yang menghimpun pengusaha pribumi. Ia adalah seorang orator yang lantang. Bersama Kyai Haji Agus Salim, beliau memprakarsai berdirinya Jong Islamieten Bond (JIB) dan harian Oetoesan Hindia serta Fadjar Asia, sebagai sarana pengobar semangat Islam serta cinta tanah air.

Tjokroaminoto menulis sejumlah buku, antara lain Tafsir Program Asas dan Program Tandhim Partai Syarikat Islam Indonesia (terbit 1954), Islam dan Sosialisme (terbit 1924), dan Tarikh Agama (terbit 1954). Beliau juga menyusun tafsir al-Qur'an, tetapi tidak menyelesaikannya. Bahkan di bidang seni jawa, misalnya tari dan gamelan, ia sangat mahir. Dalam usia ke-53 tahun, beliau berpulang kepada Sang Maha Pencipta di kota Yogyakarta tepatnya pada tanggal 17 desember 1934. Atas jasa-jasa beliau dan kontribusinya terhadapa Indonesia, beliau diberi gelar pahlawan kemerdekaan nasional pada tahun 1961.

Tjokroaminoto lahir dari kalangan priyayi yang taat beragama. Ia dapat mengenyam pendidikan secara baik. Pada tahun 1902, ia menamatkan pendidikannya di OSVIA di Magelang. Ia sempat menjadi juru tulis patih, lalu menjadi patih (pembantu utama bupati). Namun ia merasa jiwanya tidak sesuai dengan jabatan itu, karena di gaji dari hasil penindasan rakyat oleh belanda. Setelah berhenti menjadi patih, ia melanjut sekolah ke BAS (Burgerlijk Avond School : Sekolah Teknik) di kota Surabaya.

Setelah tamat dari OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren), sekolah pegawai pribumi pada zaman hindia belanda, Tjokroaminoto pindah ke kota Surabaya. Di kota ini ia bergabung dengan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang di pimpin oleh Samanhudi (w.1956). Ia diminta menyusun anggaran dasar SDI. Pada 10 september 1912, SDI dirubah menjadi SI sehingga merangkul seluruh Islam (bukan hanya pedagang). SI di dukung oleh masyarakat luas.

Belanda memberi izin pendirian SI pada 30 juni 1913, namun merasa terancam oleh keberadaan SI. Karena itu, belanda membuat aturan-aturan untuk memecah belah SI. Tjokroaminoto mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) pada tahin 1915 di Yogyakarta. Pada tahun 1923, Sarekat Islam diubah menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).

Pada tahun 1917, Tjokroaminoto bersama Ky.H. Agus Salim serta Abdul Muis (w.1959) menjadi anggota Volksraad (dewan rakyat). Dalam dewan itu, Tjokroaminoto membela rakyat serta mengecam tindakan semena-mena terhadap buruh pribumi.

Pada tanggal 18 mei 1918, ia bersama kawan-kawannya menyampaikan mosi tidak percaya dengan tuntutan agar di bentuk parlemen yang benar, dan di bangun pemerintahan yang bertanggungjawab kepada parlemen. Mosi yang dikenal nama "mosi Tjokroaminoto" ini di tolak oleh dewan. Tjokroaminoto dan kawan-kawannya lalu keluar dari Volksraad.




Comments

Popular posts from this blog

Profil Vitalia Sesha Model Di Kasus Suap Daging Impor - Tercanggih

Profile dan biodata Angkasa Band

Talent Pilihan SlideGossip : Andrean Saputra